“Perkembangan
teknologi saat ini sudah merambah hingga ke seluruh bagian bumi ini. Memang,
perkembangan teknologi ini menimbulkan banyak sekali manfaat dan kegunaan yang
mempermudah kita dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Namun disamping
manfaat yang begitu banyak juga terdapat dampak buruk yang tidak kalah
jumlahnya. Dengan alasan itu saya ingin menyampaikan suatu makna dari kata cinta. Karena kita hidup di dunia ini sebenaranya
selalu melakukan setiap kegiatan yang dikaitkan dengan makna dari kata cinta
itu sendiri. Akan tetapi cinta yang dimaksud belum tentu sesuai dengan
pandangan agama yang diajarkan. Maka dari itu saya akan menyampaikan segelintir
informasi yang berkaitan dengan Cinta Menurut Pandangan Islam. Dengan tujuan membimbing
kita menjalani kehidupan sesuai dengan jalan yang benar atau seharusnya dan
mampu mencapai tujuan hidup di dunia ini yang sebenarnya. Aamiin.”
CINTA
Menurut Pandangan Islam
أحب وجهة نظر الإسلام
CINTA :
·
Berhulu
iman,
·
Bermuara
taqwa
·
Ketulusan
·
Kejujuran
·
Kesetiaan
|
CINTA
SEJATI:
·
Sakinah
·
Mawaddah
·
Rahmah
|
Cinta adalah fitrah manusia yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Ia
selalu dibutuhkan. Mencintai dan dicintai boleh-boleh saja, tidak ada larangan
dalam Islam. Segala yang ada di alam semesta ini merupakan cerminan cinta Allah
SWT. Hanya, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita membina cinta
tersebut. Apakah mendatangkan kebaikan kepada diri kita, atau keburukan yang
melemparkan kita ke kubangan lumpur. Sebenarnya cinta itu indah, penuh berkah,
dan rahmah. Akan tetapi, cinta semu kerap sekali melemparkan kita dari cinta
yang sebenarnya.
Cinta itu datang secara tiba-tiba karena adanya kesamaan di antara dua
insan yang saling mencintai. Cinta bisa datang karena simpatik, kasihan, di
pinggir jalan, baru kenalan, bahkan karena dijodohkan sekalipun. Karena adanya
kesamaan, akhirnya mereka saling mencintai. Banyak orang yang tadinya
biasa-biasa saja, hanya berteman, atau sebelumnya tidak saling mengenal,
kemudian bertemu, karena ada kesamaan akhirnya mereka saling mencintai. Banyak
orang yang tidak ada kesamaan dengan orang yang dicintainya, hubungan mereka
menjadi retak. Di dalam rumah tangga pun demikian, karena tidak ada kesamaan akhirnya hubungan
mereka menjadi rusak, ujung-ujungnya bercerai.
Oleh karena itu, janganlah kita tergesa-gesa mengungkapkan cinta.
Karena salah dalam memilih, kita yang akan menyesal! Kenali terlebih dahulu,
baik atau buruk. Nah, kalau kita sudah menemukan orang yang kita cintai dan ada
kesamaan, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita membina cinta
tersebut. Bagaimana cara kita menjaga kesucian cinta tersebut. Di sini akan
dibahas tentang konsep cinta dalam ‘Perspektif
Agama.’
APA SIH CINTA ITU …..?
+ Cinta secara umum
berarti :
Gelora jiwa, gejolak hati
yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut
dan kasih sayang.
+ Cinta secara
khusus yaitu :
Ketulusan,
kejujuran dan kesetiaan. Cinta sejati adalah kesucian yang terjaga. Cinta
semestinya berhulu iman dan bermuara taqwa.
BERHULU IMAN, BERMUARA
TAQWA
Duhai saudaraku, apabila kita mencintai seseorang, langkah awal dalam
membina cinta kita yaitu perbaiki niat. Tancapkan dalam hati bahwa cinta kita
karena Allah ta’ala; bukan karena jabatannya, tahta atau hartanya, bukan karena
kecantikan atau ketampanannya, akan tetapi Lillahi ta’ala karena Allah. Dan
juga cinta kita bukan atas dasar nafsu belaka. Cinta nafsu adalah cinta dusta.
Banyak orang bilang; berpegang tangan, berpelukan, ciuman, bermain melodi cinta
adalah tanda cinta. Itu semua dusta! bualan belaka. Hanya orang yang penuh
nafsu syetanlah yang mengatakan demikian. Tanda cinta bukanlah yang demikian.
Akan tetapi, tanda cinta yaitu seberapa besar dia menjaga kesucian cintanya.
Inilah tanda cinta yang hakiki.
“Bukan karena dorongan nafsu kubangkitkan cinta,
akan tetapi kulihat cinta
itu adalah akhlak mulia”
Banyak dari kita yang telah terjebak oleh permainan cinta. Ingat!
Cinta nafsu tidak akan mendatangkan kebahagiaan, kecuali kesengsaraan
dan kehinaan yang berkepanjangan. Kita boleh mempertahankan cinta kita kalau
bukan karena nafsu, akan tetapi karena Allah ta’ala.
“ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. “
Kalau cinta kita sudah karena Allah ta’ala, maka
akan lahirlah: ketulusan, kejujuran, dan kesetiaan :
+ Ketulusan : Kalau cinta
kita karena Allah ta’ala, maka akan lahir cinta yang yang tulus. Cinta yang
berasal dari dalam lubuk sanubari. Menerima orang yang kita cintai apa adanya.
Mau dia kaya atau miskin, cantik atau biasa-biasa aja. Mau dia orang kampung
atau orang kota sekalipun, dia akan menerima apa adanya. Karena cintanya sudah
dilandaskan pada iman dan taqwa. Berbeda dengan cinta yang dilandaskan pada
nafsu semata. Cintanya tidak akan tulus. Dia akan pilih-pilih; mungkin karena
harta, kecantikan, dll.
+ Kejujuran
: yang kedua akan lahir sifat kejujuran. Tidak saling tertutup, tidak saling
menyembunyikan. Akan tetapi saling terbuka. Mereka akan menceritakan kelebihan
atau kekurangannya apa adanya, tanpa ada yang dilebih-lebihkan ataupun
dikurang-kurangkan. Ketika sedang ada masalah, orang yang di cintainyalah yang
menjadi tempat curhat. Saling percaya dan saling terbuka. Begitu juga dengan
kejujuran, kalau cintanya dilandaskan pada nafsu semata, tidak ada kejujuran.
Yang ada hanyalah kemunafikan, kebohongan, bualan belaka. Cinta nafsu bersalut
segunung kepalsuan dan kepuraan.
+ Kesetiaan : Setelah tulus menerima apa adanya, kemudian
saling percaya, dan saling terbuka, yang terakhir yaitu saling setia. Setia
dalam hal apa? Setia tuk saling menjaga kesuciaan cintanya. Setelah itu tawakal
kepada Allah, kalau ada jodoh maka akan melalui proses yang berikutnya. Kalau
tiada jodoh, ya ikhlaskan, mungkin dia bukan yang terbaik buat kita. Karena
manusia hanya bisa berusaha dan berserah, toh Allah jualah yang menentukan
semuanya.
Setelah
melalui proses penjajakan yang begitu panjang; dari cinta karena Allah ta’ala,
kemudiaan lahir cinta yang tulus, sifat saling percaya dan saling terbuka, lalu
saling setia, kemudian setelah itu lahirlah yang namanya cinta sejati. Lalu kapan cinta sejati ini
terwujudkan? Cinta ini akan terwujudkan nanti ketika dua insan yang saling
mencintai sudah siap tuk berlayar ke muara cinta yang diridhai oleh Allah SWT,
yaitu pernikahan. Dan dari cinta sejati inilah akan lahir: SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH.
Menurut hadits Nabi, orang yang sedang jatuh
cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man
ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh
cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :
.
Lebih
suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
.
Lebih
suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
.
Lebih
suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh
SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya,
lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka
mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain. Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut
ini penjelasannya:
.
Cinta Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara
dan “ngegemesin”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin
memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
.
Cinta Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang,
lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis
rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri
sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu
ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu
memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk
dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama
cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an
, kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang
memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih
sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak
janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam
satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki
hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan
rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
.
Cinta
mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot
seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta
jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana
ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung
mengabaikan kepada yang lama.
. Cinta
syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan.
Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti
orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al
Qur’an menggunakan istilah syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya
Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
.
Cinta
ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran,
misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat,
membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengingatkan
agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah,
dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
.
Cinta
shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa
sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut istilah ni ketika mengkisahkan bagaimana
Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya
(mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf
tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu
ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)..
.
Cinta
syauq (rindu). Istilah ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang
menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa
barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan
ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa
as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon
dapat merasakan nikmatnya memandang
wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al
Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq
(rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang
kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di
dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al
muhibbi..
.
Cinta
kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang
positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu,
membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al
Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha
Sebenarnya mencintai itu sah-sah saja, tidak ada larangan dalam Agama.
Asalkan kita mampu membina cinta tersebut menjadi cinta yang diridhai oleh
Allah SWT. bukan cinta yang dimurkai oleh Allah SWT. Satu hal lagi, dalam Agama
ISLAM cinta tak harus di awali dengan sebuah istilah pacaran, lebih indah
dengan budaya Ta’aruf (pengenalan), diiringi sebuah komitmen karena ALLAH SWT, bila
berjodoh kemudian menikah. Inilah cinta yang hakiki.
Semoga Allah selalu memberikan perlindungan kepada kita semua,
sehingga kita terjaga dari cinta yang dimurkai Allah SWT. dan semoga kita mampu
membina cinta kita menjadi cinta yang suci. Aamiin…
Isi paper sedikit dikutip dari : http://majalahasik.com
Pada paper kali ini saya
tidak terlalu mengkaitkan antara definisi cinta dengan profesi yang sedang saya
jalani saat ini, yakni Mahasiswa Universitas Gunadarma, Fakultas Teknologi
Industri, Jurusan Teknik Informatika. Disini saya lebih ingin memaparkan makna
dari cinta itu sendiri menurut ajaran agama. Tentunya kita semua hidup di dunia
ini memiliki keyakinan masing-masing sebagai pembimbing diri kita menuju tujuan
hidup yang sebenarnya. Dan saya sendiri Alhamdulillah merupakan salah satu dari
sekian banyak umat islam yang ada di dunia ini. Paper ini lebih saya peruntukan
bagi mereka yang satu keyakinan dengan saya yakni seorang muslim atau muslimah.
Namun bukan berarti paper ini tidak boleh dibaca atau ditelaah oleh mereka yang
beragama lain. Boleh-boleh saja namun saya minta maaf apabila ada sesuatu yang
mungkin tidak sejalan atau tidak dimengerti oleh anda sekalian. Terima Kasih.
(h)
BalasHapus